Suatu hari aku menginjakkan kakiku di
sekolah dengan rasa malas yang luar biasa. Tumben sekali, biasanya aku sangat
semangat masuk sekolah karena akan bertemu dengan anak2 dari ekskul dance! Ya,
aku masuk ekskul dance di SMA ini. Oh iya, aku lupa memperkenalkan diri ya?
Namaku Ariesha. Panggil aja Asha. Aku kelas 2b di SMA Vincent Bekasi
ini. Aku adalah ketua dance putri di sekolah ini.
Kelas, Posisi kelasku sangatlah berbeda
dengan kelas lain karena kelasku berada di sebelah ruang dance dan ruang musik.
Aneh kan ? Aku juga ngga ngerti haha.
Saat aku
sedang melewati ruang dance, seketika jalanku terhenti. Pandanganku langsung
terarah ke segerombolan dancer di dalam ruangan itu. Asal kalian tau ya, pintu
ruang dance itu transparan, jadi kita bisa tau apa yang sedang terjadi di
dalamnya. Mereka sepertinya sedang terlibat adu mulut. Tanpa berpikir 2 kali
aku pun langsung masuk tanpa permisi terlebih dahulu. Buat apa aku bilang
permisi? Toh yang di dalam tidak akan sadar bahwa aku datang.
“GUE
KELUAR!” Teriak salah satu anggota. Kita sebut saja Rangga. Rangga
Dewamoela Soekarta.
“Ha?”
Aku kaget. Bagaimana tidak? Baru saja datang, aku langsung disambut dengan
ucapan tidak enak itu. Tapi kurasa bukan hanya aku saja yang kaget, 6 orang
lainnya yang sedang ada di ruangan ini juga ikut kaget.
“JADI LO
MAU KELUAR? SILAHKAN! GRUP INI AKAN LEBIH BAGUS TANPA LO!” Bentak seseorang
tidak kalah keras. Ternyata Bisma, Bisma Karisma.
“Ga,
gila ya lo? Lo sadar ngga tadi lo ngomong apa? Jangan main2 ah Ga. ” Pinta
Handi Morgan Winata. Panggil saja Morgan.
“Gue
ngga main2 Gan, haha lebih baik gue keluar kalau grup ini GA MAU IKUT LOMBA
ITU!”
“Gue
setuju sama Rangga. Gue juga mau ikut lomba itu. Tapi kenapa kalian ga mau
sih?!” M. Ilham Fauzi E. alias Ilham angkat bicara juga.
“Lho
lho, Ham, lo mau keluar juga?” Tanya Dicky. Dicky M. Prasetya.
“Ham,
Ga, lo berdua yakin mau keluar? Ga bisa dirundingin lagi? Kita bukannya ga mau
ikut. Dananya belum ada.” Tanya Rafael. Rafael Landry Tanubrata.
“Karena
grup ini miskin!” Kata Rangga tegas.
“Ngomong
apa lo?!” Amarah Bisma keluar lagi.
“Haha
ayo Ham, kita cabut dari sini. Lo gimana Za, ikut kita ngga? Lo rapper jago,
ngapain disini. Ngga guna lo disini.” Reza yang sedari tadi diam ditanya
seperti itu jadi makin bingung.
“Gue
disini aja.” Reza (Reza Anugrah) memutuskan.
“Cih!!”
Rangga dan Ilham segera keluar dari ruang dance. Aku yang menyaksikan
pertengkaran itu hanya bisa ternganga lebar. Akhirnya aku mencoba untuk mencari
tau.
“ Ada
apa sih Dick?” Tanyaku pada dicky yang duduk lemas di tengah ruangan. Meskipun
lemes gini, dicky tetep imut ya, oh my.
“Eh Sha,
sejak kapan kamu disini?”
“Sorry
ya, tadi aku denger pembicaraan kalian.”
“Oh iya
ga apa2. Tadi cuma masalah sepele.”
“Sepele?
Masalah lomba itu ya?”
“Iya, si
Rangga mau ikut lomba dance antar sekolah itu. Tapi kan kamu sendiri tau,
sekolah ngizininnya cuma dance putri aja yang maju. Dance cowok ga bisa. Kalau
kita mau ikut sendiri, harus bayar pendaftarannya. Mahal itu Sha, 2 juta. Tau
kan kalau uang kas dance cowok udah abis gara2 dibeliin kostum? Dicky jadi
bingung banget Sha.” Jelas Dicky. Aaaaa aku ga suka liat Dicky sedih gini. Aku
mencari cara untuk menghiburnya. Oh iya! Aku segera merogoh kantong
rokku.
“Nih
Dick, buat kamu.”
“Yupi?
Haha, Makasih ya Sha, kamu emang tau cara ngehibur Dicky.”
“Iya
sama2. Yaudah ya, aku mau ke yang lain dulu. Inget Dick, kalian pasti bakal
nyatu lagi. Percaya sama Asha oke?”
“Iya
Sha, doain ya.”
Aku pun beranjak dari tengah ruangan ke sudut kanan ruangan. Ada Reza
disitu.
“Hai
Za.” Sapaku.
“Yo, hai
Sha.”
“Ngga
usah bingung gitu ah. Muka lo ngga enak banget diliat kalau lagi bingung gitu.”
Ledekku sekenanya. Padahal aku yakin ledekanku garing banget kaya kerupuk.
“Wah
dasar lo Sha. Eh iya, gue boleh meluk lo ngga? Sebentar aja.”
“Ha?”
Aku kaget atas permintaan Reza. Tapi aku ngga bisa berbuat apa2. Aku berpikir,
mungkin hanya ini yang bisa bikin dia tenang sedikit.
“Inget
Za, kalian pasti bakal berkumpul lagi kok. Percaya deh sama gue.”
“Iya
Sha, thanks ya.” Ucap Reza seraya melepas pelukannya.
“Yaudah,
gue ke yang lain dulu ya.”
“Oke.”
Aku pun bangkit dan berjalan ke arah tempat duduk di sudut kiri ruang.
Disana ada Morgan sama Bisma.
“Ma,
Gan.” Sapaku hati2.
“Eh Sha,
duduk sini.” Jawab Morgan.
“Udah
tenangan Gan? Percaya deh sama Asha, kalian pasti bakal gabung lagi deh!”
Hiburku.
“Ma..”
“Gabung?
Kita udah pisah Sha! Pecah! Ancur!” Bentak Bisma yang sudah memotong ucapan
Morgan. Aku kaget saja mendapat reaksi seperti itu.
“Sorry
Ma, gue kan cuma…”
“Mending
lo keluar deh! Jangan ikut campur masalah dance cowok!”
“Oke,
sorry. Duluan ya Gan.”
“Hati2
ya Sha.”
Gila, kaget aku dimarahin Bisma. Haduh takut ah. Eh, ada cocoh tuh.
“Coklat,
cocoh?” Tawarku.
“Eh
Asha. Makasih ya.”
“Iya,
udah ah jangan sedih lagi ya. Nanti juga bakal gabung lagi. Oke? Dadah.”
“Oke,
dah.”
Akhirnya aku keluar dari ruang itu. Saat tiba di luar … Waduh, jam
berapa ini??? Koridor udah sepi? Mati, telat aku!!!
Istirahat …
“Hey,
kantin yuk?” Sapa seseorang yang sudah ada di belakangku.
“Rangga?!”
“Haha, kok kayaknya kaget gitu ngeliat
gue? Gue kan ngga serem Sha. Ayo ah, laper nih.”
“Eh tapi …”
Di kantin …
“Ga, lo
keluar dari dance sekolah kita? Kenapa? Ngga asik ah lo Ga. ”
“Iya.
Capek gue sama mereka. Mereka kan tau kita harus ikut lomba itu. Tapi cuma
gara2 uang, kita ngga jadi ikut. Miskin banget ngga sih kalau ngeluarin uang 2
juta aja ngga mau? Lagipula gue juga udah buat grup baru yang bakal ikut lomba
itu.”
“Grup
baru? Anggotanya anak mana aja?”
“Kelas 2
sama kelas 3.” Dengan santainya Rangga menjawab.
“Ga?
Kelas 3? Ngga salah Ga? Mereka udah mau UN Ga, kepsek ngga bakal izinin mereka
ikut begituan.”
“Ye,
mereka yang mau. Toh kalau ngga lulus ya urusan mereka.”
Aku hanya bisa geleng2 kepala terhadap sikap aneh Rangga. Apa bener ini
Rangga yang ku kenal?
Pulang sekolah …
“Sha!”
Panggil seseorang dari arah lapangan parkir saat aku hendak keluar gerbang.
“Eh
Dick.” Aku segera menghampirinya. “ Ada apa Dick?”
“Pulang
bareng Dicky yuk!”
“Wah,
boleh boleh.” Jawabku langsung. Akhirnya Dicky mengantarkanku pulang. Di
sepanjang perjalanan, aku selalu curi2 pandang ke Dicky. Cenat cenut banget tau
ngga semobil sama dancer cakep kaya Dicky? Aje gile, mimpi apa aku semalem?
Haha
“Sha,
tumben kamu diem aja. Ngomong atuh.”
“Eh, oh
iya. Ada yang mau aku sampein ke kalian. Tapi karena sekarang cuma ada kamu
aja, jadi ya sama kamu dulu. Jadi tadi Rangga ke kantin bareng aku, terus dia
cerita2 tentang grup barunya.” Jelasku.
“Grup
baru? Cepet banget si Rangga dapet anggota baru. Siapa aja anggotanya.”
“Anak2
kelas 2 sama kelas 3.”
Tiba2 Dicky menginjak rem mendadak.
“Aduh.”
Aku memegangi kepalaku yang terbentur. “Sakit Dicky!”
“Eh,
maaf Sha, abis aku kaget sumpah Sha. Anak kelas 3? Mereka kan udah ngga boleh
ikut lomba apapun?”
“Makanya
itu! Aku juga udah bilang kaya gitu ke Rangga, tapi dia bodo amat.”
“Wah,
aneh2 aja si Rangga mah! Kumaha atuh Sha?”
“I don’t
know. Yaudah besok aja kamu omongin ke yang lain. Sekarang cepet jalan atuh ah,
belakang udah tin tan tin tun mulu tuh.”
“Iya
iya.”
Keesokan harinya, di ruang dance …
“Jadi
Karina 1b ngga bisa ikut? Gimana ya ini.”
“Iya
Sha, katanya dia ngga bisa ikut. Dia mau pergi.” Jelas Dinda, satu - satunya anggota
dance putri yang seumuran dengan Asha.
“Waduh,
mana waktunya tinggal seminggu lagi.” Tiba2, sebuah ide gila terlintas di
pikirannya. “Maaf nih, gimana kalau yang ikut bukan dance putri? Kita kasih
lomba ini ke dance cowok aja?”
“Ya
terserah lo sih Sha, gue sih ngga apa2. Daripada gara2 anggota dance putri
kurang satu jadi kalah.”
“Nah,
oke. Nanti gue bilangin dulu ke kepsek terus baru deh gue bilangin ke adek2
kelas. Yaudah, lo balik ke kelas gih, gue mau ke ruang kepsek dulu.”
“Oke.”
Di ruang Kepala Sekolah …
“Iya
pak, kami dance putri ngga bisa ikut gara2 anggota kami ada yang berhalangan
hadir pas hari H. Jadi saya selaku ketua dance putri mau ngasih lomba ini ke
dance cowoknya pak. Bapak ngga keberatan kan ?”
“Keberatan!”
“Yah,
tapi kenapa pak?”
“Mereka
belum pernah diikutsertakan dalam lomba apapun! Bagaimana bapak tau mereka
pantas / tidak ikut lomba antar sekolah ini?”
“Nah,
maka dari itu pak, sekarang lah waktunya buat dance cowok untuk buktiin ke
bapak kalau mereka ngga kalah jago dari dance putri. Gimana pak? Setuju ya pak?
Kalau mereka kalah, bapak boleh cabut jabatan ketua dance putri saya deh pak.
Waktunya tinggal seminggu lagi nih pak.” Bujukku. Bapak kepala sekolah terdiam
sejenak.
“Baiklah, bapak pegang omongan kamu ya Sha.”
“Baik
pak. Permisi.”
Di kelas 2d …
“Hai
Dicky unyuuuu.” Sapaku saat tiba di mejanya.
“Eh kamu
Sha, ada apa? Tumben ke kelas kita?”
“Yang
lain mana? Bisma, Morgan, Reza, Rafael?”
“Belum
dateng kayaknya.”
“Yaudah,
tunggu mereka yaaa.”
5 menit berlalu …
“Haha,
iya, jadi tuh ayam kabur gitu pas disamperin si Odoth. Gila banget ngga si
odoth? Haha” Canda Bisma saat memasuki kelas. Reza, Rafael, dan Morgan hanya
ketawa2 di belakangnya.
“Eh ada
Asha. Tumbenan lo Sha kesini.” Tanya Rafael. Saat mendengar namaku, Bisma
langsung menghentikan candanya dan memandangku dengan tatapan tajam.
“Ngapain
lo disini?” Ucap Bisma singkat namun nusuk banget.
“Eh,
pagi! Gue mau ngasih kabar bagus buat kalian.”
“To the
point aja deh.” Tegas Bisma.
“Oke,
jadi gini, dance putri mendadak ngga bisa ikut lomba nanti.”
“Ha?”
Ucap mereka serentak.
“Kenapa?” Tanya Reza.
“Salah
satu anggota grup gue berhalangan hadir pas hari H nanti. Jadinya ya ngga bisa
ikut deh.”
“Terus
yang gantiin kalian?” Morgan ikut bertanya.
“Kalian
lah!” Ucapku dengan senyum mengembang.
“Yakin
Sha?” Bisma angkat bicara seakan – akan ia tidak percaya kabar itu.
“Iya lah
Bis! Kalau bukan kalian, siapa lagi?”
“Ya
ampun Sha, thanks ya! Lo udah kasih kepercayaan ke kita.” Peluk Bisma. Aneh ya?
Padahal tadi kita kan bertengkar haha.
“Iya.
Waktunya tinggal seminggu lagi nih! Ayo latihan latihan!!!!” Suruhku. Hahaha
serasa pelatih saja saya ini. Setelah itu, aku menuju kelasku karena bel masuk
telah berbunyi.
Hari H perlombaan dance antar sekolah …
“Sha,
kita kurang 2 personil nih. Gimana dong?” Tanya Rafael.
“Tenang,
gue udah bawa 2 personil lagi kok!” Aku pun keluar sebentar. “Taraaaaaaa, ini 2
personilnya!”
“Rangga?
Ilham?” Ucap mereka ber5 serentak.
“Iya.
Udah ayo coba samain gerakannya.”
“Tapi,
gimana sama grup baru kalian Ga? Ham?” Tanya Dicky.
“Gue
sebenernya bohong sama Asha. Gue ngga punya grup baru. Gue stress Dick.” Jelas
Rangga.
“Sorry
ya temen2, atas sikap gue sama Rangga. Lo pada masih mau nerima kita ngga di
grup ini?”
“Pasti
lah Ham! Gue juga minta maaf ya atas sikap kasar gue waktu itu.” Jelas Bisma.
“Ye, ini
gue suruh samain gerakannya malah pada maaf2an. Ayo atuh ah latihan!”
“Iya bu
Asha haha.” Jawab mereka serentak.
Latihan sekitar 5 menit … (lagu I heart You mengalun)
“Sha,
kok si Rangga sama Ilham tau gerakan2 kita sih?” Tanya Dicky saat sedang
menunggu giliran maju.
“ Kan
aku yang ngajarin hehe” Jelasku sambil cengar cengir.
“Ye
dasar kamu.”
“Udah,
ayo kumpul bentar.” Aku pun berdiri dan segera memanggil mereka untuk kumpul.
“Dance
cowok belum punya nama kan ?”
“Oh iya
nama. Belum nih Sha, gimana dong?” Reza panik.
“Tenang2. Gue udah punya ide kok tentang nama kalian apa.”
“Apa?”
Tanya mereka serentak.
“SM*SH!”
Ucapku dengan semangat!
“Kepanjangannya?” Tanya Rafael.
“Seven
Man as Seven Heroes!”
“Heroes?
Haha kita pahlawan apaan Sha?” Ledek Ilham.
“Kalian
pahlawan buat aku dan sekolah kita!” Ucapku dengan senyum yang mengembang. “Ayo
ah, yel yel dulu! Sm*sh sm*sh sm*sh (lompat) sm*sh!!!!” oke?”
“SM*SH SM*SH SM*SH (lompat) SM*SH!!!!” Ucap kami serentak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar